Situbondo – Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Situbondo, KH. Zainul Muin Husni, menyoroti berbagai isu sosial dan moral yang semakin meresahkan di tengah masyarakat. Dalam sebuah kesempatan, ia menyampaikan pentingnya pendidikan pesantren sebagai solusi untuk menyelamatkan generasi muda dari berbagai ancaman moral, seperti judi online dan pergaulan bebas.
KH. Zainul Muin Husni mengungkapkan bahwa judi online kini bukan hanya menjadi masalah bagi orang dewasa, tetapi juga anak-anak usia sekolah. “Fenomena ini sangat berpotensi menghancurkan moral masyarakat, terutama generasi muda Muslim di Indonesia,” ujarnya. Ia menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka dan mencegah mereka terjerumus ke dalam aktivitas yang merusak moral.
Selain itu, KH. Zainul juga menyampaikan keprihatinannya terkait Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 yang mengatur pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang kesehatan, khususnya dalam pasal yang merekomendasikan penyediaan alat kontrasepsi untuk remaja. Menurutnya, hal ini secara tidak langsung bisa memicu pergaulan bebas dan seks bebas di kalangan remaja.
“Jika alat kontrasepsi telah direkomendasikan untuk anak usia sekolah, maka ini bisa mendorong perilaku pergaulan bebas di kalangan remaja. Ini sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.
Sebagai langkah solutif, Rais Syuriyah mengusulkan agar pendidikan pesantren menjadi pilihan utama bagi para orang tua dalam mendidik anak-anak mereka, terutama dalam hal moral dan agama. Ia berpendapat bahwa mengirim anak-anak ke pesantren hukumnya kini sudah menjadi fardu ain atau kewajiban individu, mengingat tantangan moral yang dihadapi bangsa saat ini.
“Pesantren adalah tempat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai agama dan moral. Meskipun seorang santri malas belajar, ia akan tetap mendengar azan, bacaan kitab, dan nasehat dari para kyai. Sedikit demi sedikit, hal ini akan membentuk moral dan kepribadian mereka menjadi lebih baik,” jelas KH. Zainul.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia berdiri berkat perjuangan para ulama dan santri. Sebagai contoh, ia menuturkan bahwa Hadratus Syekh KH Hasyim Asy‘ari, salah satu pendiri NU, pernah melakukan shalat hajat dengan membaca Surah At-Taubah 40 kali di setiap rakaatnya, demi bangsa ini. “Pengorbanan besar seperti ini yang harus kita teladani agar bangsa ini terus terjaga moralitasnya,” ucapnya.
KH. Zainul Muin Husni berharap para orang tua segera mengambil langkah tegas dengan mengirim anak-anak mereka ke pesantren sebagai upaya menyelamatkan generasi muda dari ancaman dekadensi moral yang semakin mengkhawatirkan.
“Kita semua harus berperan aktif dalam menjaga moralitas bangsa. Pesantren adalah benteng terakhir untuk membentuk karakter yang baik bagi generasi masa depan,” tutupnya.